Peringatan muludan telah lama mengakar dan mentradisi di Desa Patuanan. Nuansa religius begitu terasa kental dalam memasuki bulan Rabi'ul awal di tahun hijriah. Celebration of the birthday nabi Muhammad SAW dikemas secara menarik, apik dan inovatif oleh warga tanpa menanggalkan nuansa religiusitasnya.
Foto : Muslimmedianews |
Semarak dalam mebacakan shalawat secara dor to dor menjadi sarana ukhuwah dan semangat untuk saling berbagi. Maka dari itu, ketika acara telah selesai, sang sohibul bait biasanya menjamu para tamu undangan dengan panganan khas muludan. Nasi tumpeng dan nasi kuning menjadi simbol panganan pelengkap perayaan. Sejarah menceritakan. Menurut imam assuyuthi, orang yang pertama memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah raja Al Mudhaffar Abu Said Khabri Ibnu Zainuddin Ali Bin Baktatin (548 H - 630 H).
Ciri khas dari masyarakat Desa Patuanan dan sekitarnya adalah budaya euphoria public atau mimiluan. Etos budaya yang nampak dari beragam acara sakral seperti halnya ; bancakan, sunatan, rajaban, sawalan, rowahan, haul dan lainnya. Selalu dikemas dengan semarak dan bertumpah ruah dengan suka cita. Esensi muludan yang telah diinstal pada zaman Raja Mudhaffar berupa semangat demi kemajuan islam telah mengalami pergeseran budaya.
Pergeseran itu berupa kecenderungan pemaknaan icon budaya muludan. Dalam artian mengikuti arus kultur yang sudah membudaya dan menjadi followers seremonial rutin para leluhurnya. Seriring perkembangan zaman proses regenerisasi kaum budayawan, yang menyalakan api tradisi perlahan mulai meredup. Generasi berikutnya yang mewarisi beragam ritual religious semoga bisa terus berjalan secara kesinambungan, sehingga tak terancam padam dan berujung pada kepunahan tradisi.
Muludan adalah sebuah tradisi wong desa Patuanan, sebuah bentuk ritual religious untuk memberikan motivasi dan menyalakan api semangat dalam mengembangkan agama Islam seraya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan pemberi syafaat.
Pergeseran itu berupa kecenderungan pemaknaan icon budaya muludan. Dalam artian mengikuti arus kultur yang sudah membudaya dan menjadi followers seremonial rutin para leluhurnya. Seriring perkembangan zaman proses regenerisasi kaum budayawan, yang menyalakan api tradisi perlahan mulai meredup. Generasi berikutnya yang mewarisi beragam ritual religious semoga bisa terus berjalan secara kesinambungan, sehingga tak terancam padam dan berujung pada kepunahan tradisi.
Muludan adalah sebuah tradisi wong desa Patuanan, sebuah bentuk ritual religious untuk memberikan motivasi dan menyalakan api semangat dalam mengembangkan agama Islam seraya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan pemberi syafaat.