BREAKING

Rabu, 17 Desember 2014

Mengenal Tradisi Warga Desa Patuanan di Rebo Wekasan

Matahari mulai naik kurang lebih tujuh hasta, dari toa musholah terdengar sayup-sayup suara ustad enda untuk menghibimbau warganya untuk melaksanakan shalat sunah dimushola. Hari ini adalah hari rabu terakhir di bulan safar, masyarakat desa Patuanan biasa menyebutnya rebo wekasan. Berikut adalah sajian aksara tentang tradisi warga Desa Patuanan di rebo wekasa. Bismillah...
Mengenal Tradisi Warga Desa Patuanan di Rebo Wekasan

Ketika sedulur membuka halaman ke lima pada kitab Al-Jawahir al-khoms, disana disebutkan bahwasanya pada tiap tahun di hari rabu terakhir di bulan safar. Allah menurunkan 320.000 bala bencana ke muka bumi. Bahkan Masyarakat jahiliah kuno, termasuk bangsa arab sering mengatakan bahwa bulan safar adalah bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah terdahulu dan masih tersisa dikalangan kaum muslim hingga saat ini.

Dalam kitab tersebut disunahkan untuk mendirikan shalat pada hari tersebut sebanyak empat rakaat dimana tiap rakaatnya membaca surat al fatihah dan surat alkautsar sebanyak 17 kali kemudian membaca al ikhlas sebanyak 4 kali. Surat Al Falaq dan Annas masing-masing sebanyak satu kali.

Dalam javanese culture tradisi rabu terakhir di bulan safar ini disebut tradisi rebo wekasan atau rebo pungkasan. Beragam macam ritual keagamaan begitu kental di hari rebo wekasan. Warga desa Patuanan serempak melakukan shalat hajat lidaf'ilbala'almakhuf (untuk menolak bala yang dikhawatirkan) dan melaksanakan nafilah mutlaqoh (shalat mutlaq).

Suara lantunan dzikir dan kalimat istighfar membuncah disetiap sudut musholah, air mata meleleh membasahi pipi para jam'ah disetiap untaian kalimat memohon ampun dan rasa syukur kepada sang maha pencipta. Bacaan tahlil juga menggema dan suasana khusu dan haru melengkapi untaian religious of ceremony. Shalat sunah lidaf'il balaa sebenarnya tak melulu dilaksanakan pada rebo wekasan tapi dimana ketika merasakan adanya firasat buruk akan terjadinya bala bencana.
Mengenal Tradisi Warga Desa Patuanan di Rebo Wekasan

Ritual keagamaan di rebo wekasan mempunyai hikmah tersendiri, agar setiap insan di desa Patuanan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sakit ataupun sehat, musibah ataupun selamat semua kembali atas kehendak sang khalik. Selaku makhlukNya warga desa hanyalah sekedar untuk berikhtiar.

Dihari rabu terakhir dibulan safar ini, kegiatan masyarakat desa Patuanan dalam membuat panganan apem dan membagikannya ke seluruh warga masih tetap berlangsung. Apabila belum sempat melaksankannya di bulan safar sedekah apem bisa dilaksanakan pada bulan maulud.

Warga blok senin katimaha sendiri, membuat apem pada hari ahad. Yang berlokasi dibelakang teras musholah alhikmah yang disulap menjadi kitchen dadakan.Gotong royong kaum ibu patut diapresiasi, selain apemnya yang uenak tenan. Makan siangnya disuguhi sambel terasi, urab, iwak asin, tempe dan tahu gorengnya juga nendang banget, Cita rasa pedesaan memang tiada duanya.

Itulah salah satu tradisi yang ada di Desa Patuanan. Tradisi yang masih dipertahankan diera kemajuan zaman. Melalui tulisan ini, izinkan saya mengenalkan tradisi warga Desa Patuanan di rebo wekasan. Wassalam

Baca Juga :
Kue Apem "Tradisi Warga Desa Patuanan di Bulan Safar"
A Message "Sepotong Cerita di Balik Nikmatnya Bubur Sura"
Berjuang hingga usia senja "Episode Mak Edoh From Patuanan"
Habitual Gratitude Warga Desa Patuanan
Spiritual Journey "Berziarah ke pelaku sejarah" @Dk Duwur

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

About ""

Maturnuwun sudah berkunjung di Blog Desa Patuanan, Silahkan barang kali ada yang ingin sedulur disampaikan (Poskan komentar > tinggalkan komentar > publikasikan) dan Ikuti (G+) Man Behind The Blog. Mksh.
Comments
0 Comments
 
Copyright © 2014 Desa Patuanan
Design by FBTemplates | BTT