BREAKING

Kamis, 11 Desember 2014

Kue Apem "Tradisi Warga Desa Patuanan Di Bulan Safar"

Julukan Central Java from Majalengka melekat erat pada sebuah Desa yang bernama Patuanan. Javanese people di Desa Patuanan yang masih kental dengan nuansa budaya serta mengandung unsur-unsur filosofi di setiap jengkal langkah kaki kehidupannya sehari-hari. Mulai dari ritual keagamaan sampai dengan sajian makanan yang menggugah selera tapi syarat akan makna.
Kue Apem "Tradisi Warga Desa Patuanan Di Bulan Safar"

Apakah sedulur masih ingat dengan sajian aksara tentang bubur sura di edisi yang telah lalu ? sedulur bisa membaca artikelnya disini : a message "sepotong cerita dibalik nikmatnya bubur sura" 

Salah satu makanan khas yang mengandung unsur filosofis adalah apem. Apem adalah sejenis kue basah yang terbuat dari adonan tepung beras, kelapa parut, tape dan bibit roti. Untuk menambah rasa, apem dilengkapi dengan gula kelapa yang telah dimasak dengan campuran santan kelapa. Tekstur apem yang lembut dan kenyal kemudian dicocol ke saus gula kelapa, rasanya begitu menggugah selera.

Sama seperti bubur sura, apem termasuk kedalam makanan musiman yang hanya ada dalam satu tahun sekali. Apabila bubur sura disajikan ketika bulan asyura (suro / muharam) maka apem dihidangkan pada bulan safar. Tujuannya adalah selain berbagi juga dipercaya oleh sebagian masyarakat untuk tolak bala. Karena bulan safar merupakan bulan pembersihan diri menjelang bulan maulud dimana warga Desa Patuanan merayakan Muludan.
Kue Apem "Tradisi Warga Desa Patuanan Di Bulan Safar"
Apem merupakan makanan yang disimbolkan dari Al Qowiyyu atau meminta diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk tetap beramal saleh di jalan yang diridhoi. Apem juga bisa dilambangkan akan rasa kebersamaan dan gotong royong terlihat dari proses pembuatannya yang dilakukan oleh para warga secara berjamaah.

Sambil merasakan lumernya apem yang berbaur dengan gula kelapa yang manis, sedikit kita intip sejarah dibalik cerita manisnya apem.

Pada suatu hari di bulan safar. Ki Ageng Gribig (keturunan Prabu Brawijaya) pulang dari tanah suci. Beliau membawa oleh oleh tiga buah makanan dari sana. Ketika dibagikan ke masyarakat ternyata jumlahnya tidak mencukupi. Maka dari itu, Beliau dan istripun mencoba untuk membuat kue yang serupa. Setelah dibagikan beliau berteriak lantang dengan berucap Ya Qowiyyu, Ya Qowiyyu, Ya Qowiyyu

Kemudian makanan ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan apem yang berasal dari saduran bahasa arab yaitu affan yang bermakna ampunan.

Sedulur yang baik, resep apem sudah dibagikan, sejarah kue apem sudah diceritakan. Saatnya saya undur diri mau mencari apem yang tersisa. mudah-mudahan warga desa Patuanan masih ada yang menghidangkan panganan yang mengandung unsur filosofi ini. Wassalam

Baca Juga :

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

About ""

Maturnuwun sudah berkunjung di Blog Desa Patuanan, Silahkan barang kali ada yang ingin sedulur disampaikan (Poskan komentar > tinggalkan komentar > publikasikan) dan Ikuti (G+) Man Behind The Blog. Mksh.
Comments
0 Comments
 
Copyright © 2014 Desa Patuanan
Design by FBTemplates | BTT