Embun pagi masih menetes di ujung dedaunan, dan kabut masih menyelimuti pagi yang tenang di Desa Patuanan, Hamparan sawah yang terbentang hingga ujung pegagan meninggalkan jejak kisah seorang petani di pematang sawah secara turun-temurun.
Sedulur yang baik, Rice area di Desa patuanan terbentang luas hingga mencapai 107,6 ha/m2 secara keseluruhan, yang terdiri dari sawah irigasi teknis, sawah irigasi 1/2 teknis dan termasuk sawah tadah hujan. Iklim muson yang baik, Tanah yang luas lagi subur, lapisan tanah yang gembur dan cukup tebal menjadi nilai lebih sektor pertanian di desa Patuanan.
Dari ± 3.952 Jumlah penduduk di desa Patuanan, mata pencahariannya menunjukan bahwa warga desa Patuanan hidup dari sektor pertanian dan menempatkan mata pencaharian pokok sebagai petani pada urutan ke 3 setelah Pengrajin industri rumah tangga dan Pengusaha kecil / menengah.
Dari ± 3.952 Jumlah penduduk di desa Patuanan, mata pencahariannya menunjukan bahwa warga desa Patuanan hidup dari sektor pertanian dan menempatkan mata pencaharian pokok sebagai petani pada urutan ke 3 setelah Pengrajin industri rumah tangga dan Pengusaha kecil / menengah.
Tanah yang digarap dan diari untuk ditanami padi ini, perlahan berkurang dan beralih fungsi seiring perkembangan zaman. Kisah desa Patuanan sebagai desa agraris yang dulu diceritakan oleh orang tua perlahan mulai tenggelam dengan sendirinya.
Menjadi seorang petani, dianggap bukan pilihan yang menjanjikan lagi di desa patuanan dewasa ini. Bukan saja disebabkan oleh citra dan jati diri sebagai seorang petani yang dianggap tidak begitu membanggakan, khususnya di golongan generasi muda. Kaum Younger lebih memilih pekerjaan sebagai buruh pabrik, merantau ke ibukota untuk berdagang atau menjadi diaspora di negeri orang sebagai asisten rumah tangga.
Kisah petani yang identik dengan kemelaratan dan pandangan buram akan kehidupan masa depan, semakin ditinggalkan oleh generasi masa kini. Cobalah berhenti sejenak untuk menerawang ke sawah ataupun ladang, disana hanya terdapat kaum bapak ataupun kaum ibu yang sudah renta termakan usia. Pertanyaannya adalah dimanakah para pemuda desanya?
Sektor pertanian menghasilkan lebih dari 50% dari pendapatan nasional, penduduknya yang banyak seharusnya tenaga kerja di sektor pertanian berkelimpahan dan tak akan kekurangan, slogan mewah yang didengungkan oleh pemerintah yang katanya "bersama petani membangun bangsa" dan dilengkapi dengan jargon "bersama dalam kemakmuran dan makmur dalam kebersamaan" semoga bukan hanyalah wacana dan hembusan kata-kata indah belaka, akan tetapi bisa mengikis kisah identik petani yang pahit getir dengan kemelaratan dan pandangan muram akan masa depan.
Semoga pemandangan sawah dan ladang masih akan terus terbentang luas sejauh mata memandang hingga tahun-tahun kedepan, Generasi muda menjadi pentolannya dengan spirit yang baru, ide yang fresh dan Resourcefulness sehingga sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan. Jangan sampai Desa Patuanan, Desa Agraris terancam tanpa pewaris. Monggo disambi sega goreng lan wedang jahene :)
Baca Juga : Extra Income yang Halalan Thoyiban, Patuanan Factor, Diaspora Wong Patuanan