BREAKING

Sabtu, 11 Oktober 2014

Belajar dari Kepala Desa Teladan [Halaman Kedua]

Semoga tulisan Belajar dari Kepala Desa Teladan Halaman Pertama menginspirasi pembaca khususnya yang berkepentingan dan bersinggungan langsung dengan hal-hal tersebut.

Kades Wahyu Anggoro Hadi
Foto by Bhekti S / Harian Jogja
Bapak Kades Wahyu Anggoro Hadi belumlah 5 tahun masa kepemimpinannya di Desa Panggungharjo, Sewon Bantul, namun sederet prestasi berhasil dikantongi desa ini. Pada tanggal 17 Agustus 2014 bertepatan dengan peringatan proklamasi Kemerdekaan RI, beliau diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan sebagai juara pertama lomba desa se Indonesia dari sekitar 72.000 desa lainnya di Indonesia berkat kebijakannya melakukan sejumlah gebrakan di pemerintahan desa.

Kades berusia 35 tahun ini mengaku gerah dengan sistem birokrasi di pemerintahan desa yang selama ini kaku dan dingin. Pamong desa cenderung berorientasi dilayani bukan melayani masyarakat, serta komunikasi hanya berjalan satu arah.

Kades yang masih belajar di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD "APMD) Strata II, itu mulai melakukan cara-cara tidak bias. Diantaranya mengumumkan program serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) ke masyarakat minimal satu tahun sekali. Beliau juga menggandeng Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk menyusun rencana pembangunan desa serta kontrol anggaran.

"Bukankah itu luar biasa transparan dan akuntabel, kalo nyanyian kejujuran di senandungkan mengapa mesti takut iya beli ang :) ? "

Beliau juga tidak segan-segan merotasi jabatan anak buahnya agar terjadi perubahan kinerja. Kades wahyudi berani mengusung politik uang ketika ia maju dalam pemilihan kepala desa tahun 2012, dan berhasil menghantarkannya duduk dikursi nomor satu di Desa Panggungharjo.

Semangat bebas korupsi, kolusi dan nepotisme selalu beliau dengungkan, sudah berkali-kali pemerintahan desa menolak gratifikasi dari sejumlah pengembang perumahan dan pengusaha tower yang beroperasi di Desa Panggungharjo. Setiap pengusaha menawarkan uang pelicin antara 5 Juta - 15 Juta.

"Dimana mana kan sudah lazim, setiap pegusaha masuk ada uang permisi yang harus dibayar ke banyak pos pemerintah desa hingga kabupaten" ungkapnya. (www.harianjogja.com)

Pengusaha justru diarahkan menggunakan uang itu untuk bantuan sosial ke masyarakat yang difasilitasi pemerintah desa. Diantaranya beasiswa untuk siswa miskin dan bantuan kesehatan, Sedikitnya ada 11 anak dari keluarga yang tidak mampu kini mengantongi asuransi pendidikan berkat uang gratifikasi yang ia tolak tersebut.

Saya yakin cepat ataupun lambat desa patuanan bisa belajar dan menjadi salah satu desa terbaik di negeri ini, i believe about that.

Baca Juga : Kades Teladan 1, Moment Perlombaan 17 Agustus, Memakmurkan Mushola

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

About ""

Maturnuwun sudah berkunjung di Blog Desa Patuanan, Silahkan barang kali ada yang ingin sedulur disampaikan (Poskan komentar > tinggalkan komentar > publikasikan) dan Ikuti (G+) Man Behind The Blog. Mksh.
Comments
0 Comments
 
Copyright © 2014 Desa Patuanan
Design by FBTemplates | BTT